PERKEMBANGAN EMBRIO AMPHIOXUS
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Semua makhluk hidup memiliki cirri yaitu berkembang biak dengan bereproduksi, karena hal ini merupakan salah satu cara makhluk hidup untuk
tetap meneruskan keturunannya. Salah satu peristiwa yang terjadi
pada proses reproduksi
adalah tahapan - tahapan
perkembangan janin atau embrio. Embriogenesis merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
pembelahan sel – sel dan diferensiasi sel dari embrio yang terjadi pada saat tahap - tahap awal dari perkembangan suatu
makhluk hidup. Embriogenesis terjadi pada saat pronukleus darri spermatozoa bertemu
dan menyatu dengan pronukleus ovum yang disebut fertilisasi. Secara umum, sel- sel embrionik tumbuh dan berkembang
melalui beberapa fase,
diantaranya adalah
sel tunggal(ovum yang
telah dibuahi),
blastomer, blastula, gastrula, neurula, embrio. Dengan adanya makalah ini, penulis berusaha menjelaskan tentang
embriogenesis pada Amphioxus. Amphioxus adalah genus yang sering digunakan sebagai perwakilan dari kelas Cephalocordata.
1.2Rumusan Masalah
- a) Bagaimanakah perkembangan dan pembelahan zigot pada Amphioxus?
- b) Bagaimanakah proses pembentukan blastula pada Amphious?
- c) Bagaimanakah proses gastrulasi pada Amphioxus?
- d) Bagaimanakah proses neurulasi pada Amphioxus?
1.3 Tujuan
- a) Agar mahasiswa dapat memahami perkembangan dan pembelahan zigot pada Amphioxus
- b) Untuk mengetahui proses pembentukan blastula pada Amphioxus
- c) Untuk mengetahui proses gastrulasi pada Amphioxus
- d) Untuk mengetahui proses neurulasi pada Amphioxus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Embrio Amphioxus
Amphioxus
termasuk dalam subfilum cephalochordate, merupakan hewan laut berukuran kecil
dengan panjang sekitar 6 cm. Hewan jantan memiliki 26 pasang katung menyerupai
testis, hewan betina memiliki pasangan kantung menyerupai ovarium dengan jumlah
yang hampir sama
A.
Perkembangan
Embrio Amphioxus
Telur
Amphioxus berdiameter sekitar 0,1 mm dengan membran sel (oolemma) yang dilapisi
oleh membrane vitelin yang tipis. Telur amphioxus berdasarkan kandungan yolknya
termasuk telur dengan tipe isolesital yaitu sangat sedikit yolk yang tersebar
hampir merata di daerah sitoplasma luar. Kutub telur yang lebih sedikit
mengandung granula yolk disebut kutub animal, sedangkan yang mengandung lebih
banyak yolk disebut kutub vegetal. Inti sel telur tidak terlihat jelas, karena
tidak memiliki membrane inti.
Fertilisasi
eskternal pada amphioxus terjadi di air laut. Sperma masuk ke dekat vegetal
pole yang memberi rangsangan bagi sel telur untuk menuntaskan meiosis kedua.
Polar body memperoleh tekanan menuju animal pole didalam membrane vitelin.
Nucleus jantan dan betina membentuk nukelus zigot.(Indriawati,2013)
Polar
body kedua bertahan sampai permulaan gastrulasi. Setelah fertilisasi,
sitoplasma zigot segera disusun untuk memberi kehidupan embrio. Sitoplasma
kuning telur pada bagian separuh anterior membentuk ektoderma. Garnular cresent pada ujung posterior
membentuk mesoderma. Ruang pada bagian dorsal terletak di antara sitoplasma
ektodermal dan endodermal yang memuat bahan untuk notokord.
B.
Fertilisasi Amphioxus
Sperma memasuki sel telur melalui
kutub vegetal dari sel telur. Fertilisasi amphioxus berlangsung secara
eksternal. Umumnya pada fertilisasi hanya satu sperma yang memasuki sel telur.
Jika lebih dari satu sperma yang memasuki sel telur, hanya satu yang akan
berfusi dengan sel telur, yang lain akan tetap tinggal di dalam ruang
perivitelin. Setelah sperma memasuki sel telur, membrane vitelin telur menjadi
fibrous dan disebut membrane fertilisasi. Membrane fertilisasi mencegah
masuknya lebih dari satu sperma ke dalam sel telur. Ruangan di antara membrane
fertilisasi dan membrane sel dipenuhi cairan, disebut dengan ruang
perivitelin.masuknya sperma ke dalam sel telur menyebabkan kromosom metafase
telur membelah secara longitudinal dan terbentuk ootid dan sebuah polosit II
yang terletak di antara membrane sel telur dan membrane fertilisasi. Polosit I
tang terbentuk sebelum fertilisasi segera dilepaskan dari sle telur setelah
pembentukannya. Selanjutnya kromosom sperma menyatu dengan kromosom ootid
membentuk nucleus tunggal yang diselaputi oleh membrane nucleus. Dengan
demikian ootid menjadi zigot.
2.2
Segmentasi
dan Blastulasi
Tipe pembelahan zigot amphioxus adalah
hiploblastik (total) hampir equal
sehingga blastomer atau sel-sel hasil pembelahannya hampir sama besar. Pembelahan
pertama terjadi sekitar satu jam setelah fertilisasi, terjadi secara meridional
dari kutub animal ke vegetal, menghasilkan dua blastomer yang sama besar. Pembelahan
kedua terjadi secara meridional tegak lurus bidang pembelahan pertama,
menghasilkan 4 blastomer.
Pembelahan ketiga terjadi secara
horisontal (latitudinal) dengan bidang pembelahan sedikit ditas bidang ekuator,
sehingga diasilkan 8 blastomer yang tidak sama besar. Empat blastomer di daerah
animal berukuran lebih kecil dan disebt mikromer, sedangkan 4 blastomer di
daerah vegetal berukuran lebih besar dan disebut makromer. Pembelahan keempat
terjadi secara meridional simultan, menghasilkan 16 blastomer. Kumpulan
blastomer yang massif ini disebut morula. Pembelahan kelima terjadi secara latitudinal
simultan, menghasilkan 32 blastomer. Pada tingkat ini sel-sel blastomer mulai
menyusun diri ke bagian tepi, sehingga mulai terbentuk blastocoel, morula
berubah menjadi blastula. Adanya blastocoel memungkinkan berlangsungnya
gerakan-gerakan morfogenetik untuk reorganisasi sel-sel embrio pada tahap
perkembangan selanjutnya.
Pembelahan keenam terjadi secara
meridional simultan, menghasilkan 64 blastomer. Pembelahan selanjutnya terjadi
secara tidak beraturan. Pembelahan mikromer terjadi sedikit lebih cepat
dibanding makromer. Blastomer-blastomer pada blastula menyusun diri sebagai
lapisan tunggal yang mengelilingi blastocoels, yang disebut baltoderm. Pada
akhir segmentasi, blastula amphioxus tersusun atas sekitar 9.000 blastomer.
Gambar 1.5 Segmentasi Amphioxus
Blastula amphioxus merupakan
blastula bulat (coeloblastula), terdiri dari blastoderm berupa selapis sel-sel
berbentuk kolumnar yang mengelilingi sebuah blastocoels yang besar.
Gambar 1.6 Coleoblastula
Pada blastula dapat dilihat peta
nasib (fate map), yang menggambarkan
topografi dari daerah-daerah tertentu pada blastula yang kelak akan berkembang
lebih lanjut. Masing-masing daerah penyusun blastula. Tekhnik pembuatan peta
nasib dikembangkan oleh Vogt, dilakukan dengan menempelkan agar-agar yang diberi
warna di atas daerah tertentu pada blastula. Tanda-tanda dengan warna tersebut
dapat diikuti dan dapat dilihat keberadaannya pada tahapan berikutnya. Peta
nasib pada blastula amphioxus dapat pada gambar . Daerah animal embrio akan
membentuk epidermis dan keping neural. Bakal epidermis dan bakal keping neural
membentuk ektoderm, yaitu lapisan luar gastrula. Daerah tengah atau marginal
zone akan membentuk mesoderm yang terdiri dari bakal notokord dan bagian
mesoderm non notokord. Notokord merupakan suatau batang yang berkembang di
bawah neural tube, berfungsi sebagai pentokong embrio yang sedang berkembang.
Mesoderm non notokord berkembang menjadi anggota badan, jantung, otot, ginjal dan
gonad. Daerah vegetal akan menjadi endoderm, yaitu lapisan embrio paling dalam
yang membentuk saluran pencernaan dan derivat-derivatnya.
2.3
Gastrulasi Amphioxus
Gastrulasi adalah pengaturan kembali sel – sel
blastula, sehingga blastula akan mengalami transformasi menjadi embrio berlapis
3 yang disebut gastrula. Gastrulasi pada Amphioxus dimulai saat blastula
Amphioxus terdiri dari 800 blastomer.
Gastrulasi
pada Amphioxus dimulai dengan memipihnya blastoderm pada kutub vegetal. Gerakan
yang pertama kali pada proses gastrulasi adalah invaginasi pada daerah entodermal.
Lapisan yang terinvaginasi secara bertahap akan
menghilangkan rongga blastula dan bertemu dengan lapisan blastomer yang berada
di kutub anima. Hal ini menyebabkan embrio berubah dari bentuk bulat menjadi
bentuk cawan berdinding rangkap. Akhirnya makromer berdampingan dengan mikromer
dan blastocoels terdesak habis. Lapisan luarnya disebut epiblas terdiri dari
bakal epidermis dan bakal sistem saraf dan hipoblas yang akan membentuk saluran
pencernaan dan derivatnya.
Mitosis berjalan terus
diikuti dengan terjadinya pelentikan sel-sel dari luar ke dalam melalui tepi
blastoporus. Proses ini disebut involusi. Melalui invaginasi dan involusi,
terbentuk ectoderm dan endoderm. Bakal notochord dan bakal mesoderm
non-notocord yang awalnya terletak pada bagian marginal cawan, akan berinvolusi
sehingga berada di sebelah dalam. Rongga yang terbentuk akibat berinvaginasinya
endoderm dan berinvolusinya mesoderm disebut gastrocoel atau arkenteron.
Lubang arkenteron yang
berhubungan dengan lingkungan luar disebut sebagai blastoporus yang dibatasi
oleh bibir dorsal, bibir ventral, dan bibir lateral. 6-7 jam sesudah pembuahan
, terbentuk gastrula yang memiliki struktur berbentuk cangkir. Selanjutnya
gastrula memanjang menurut sumbu anterior dan posterior, blastoporus semakin
lama semakin mengecil dan letaknya pada ujung posterior embrio. Setelah sel –
sel notochord bermigrasi ke arah dalam, epiblast disebut ektoderm dan hipoblast
disebut endoderm.
Pada awal gastrulasi,
blastoporus sangat besar, namun dengan pemanjangan dan pendataran bagian dorsal
gastrula, blastoporus menjadi semakin kecil hingga tampak sebagai suatu lubang
sempit yang terbuka atau pori saja.
Setelah lapisan –
lapisan lembaga tersebut tersusun ke posisi yang seharusnya, yaitu ectoderm
pada permukaan gastrula, kemudian mesoderm dan endoderm didalam gastrula, tahap
perkembangan embrio selanjutnya dilanjutkan dengan pembentukan bakal – bakal
organ primer. Pada bagian dalam embrio, bakal dari notochord dan arkenteron
saling terpisah.
Pada Amphioxus, ketika
neural plate berinvaginasi, ectoderm epidermis mulai melipat dan bergerak
melingkupi di dorso mediannya yang mulai berlangsung sejak dari bibir dorsal
blastophore. Gerakan ini disebut gerakan epiboli. Pelingkupan ectoderm terjadi,
sehingga menutupi bumbung neural didorsal, berlangsung terus dari posterior ke
anterior. Sehingga hanya ada satu neurophore terbentuk pada amphioxus, yakni
yang anterior.
Gambar 1.8 Gastrulasi Amphioxus
2.4 Neurulasi
Neurulasi merupakan proses
pembentukan neural dan tubulasi dari lapisan – lapisan lembaga yang sudah
dibentuk pada tahap gastrulasi. Pembentukan bumbung atau neural tube yang
merupakan bakal sistem saraf. Neurulasi dimulai dengan pendataran dan penebalan
sel-sel ektoderm pada bagian dorsal embrio, membentuk keping neural (neural plate). Selanjutnya keping neural
akan berdelaminasi atau memisahkan diri sehingga terletak dibawah ektoderm
epidermis. Kemudian bagian kiri-kanan keping neural akan mengalami pelipatan,
disebut lipatan neural (neural fold),
dan akhirnya kedua ujung lipatan neural akan berfusi sehingga terbentuklah
bumbung neural (nerual tube) yang
berkembang menjadi otak dan medula spinalis (spinal cord). Seriring dengan itu kedua ujung ektoderm epidermis
yang semula terpisah menjadi menyatu. Neural tube tidak tertutup sempurna pada
ujung anterior, tetapi mempunyai lubang yang disebut neoroporus anterior, yang
masih tetap dipertahankan sampai perkembangan lanjut.
Bersamaan
dengan proses pembentukan mesoderm maka sel-sel mesentoderm di bagian
dorsomedian juga mengadakan differensisasi. Sel-sel membelah dengan cepat
menjadi batang yang memanjang dari anterior ke posterior. Batang itu disebut notokord
atau korda dorsalis. Pada hewan-hewan vertebrata notokord merupakan kerangka
fase embrional dan selanjutnya akan tereduksi, tetapi pada Amphioxus, notokord
berfungsi sampai dewasa sebaliknya pada vertebrata digantikan dengan vertebrae.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
- Proses sel telur amphioxus berdasarkan kandungan yolknya termasuk telur dengan tipe isolesital yaitu sangat sedikit yolk yang tersebar hampir merata di daerah sitoplasma luar. Kemudian pembelahan zigot amphioxus terjadi secara holoblastik unequal karena pembelahannya terjadi menyeluruh pada bagian sel dan ukuran blastomer yang dihasilkan tidak sama.
- Proses segmentasi amphioxus pada pembelahan kelima mulai terbentuk blastocoels sebagai cirri dari blastula. Adanya blastocoels untuk pergerakan morfogenetik pada tahapan selanjutnya.
- Proses grastulasi berlangsung melalui 3 tahap yaitu, invaginasi (pelekukan ke dalam dari suatu lapisan sel), Evaginasi (penonjolan ke luar dari suatu lapisan sel), Involusi (gerakana membelok dari suatu lapisan luar yang tumbuh meluas sehingga lapisan ini masuk ke dalam dan meluas ke permukaan).
- Proses neurulasi pada amphioxus adalah dengan pembentukan bumbung neural dengan adanya pemisahan epidermis yang membatasi keping neural
Daftar
Pustaka
Carlson, Bruce M. (1988). Patten's Foundations of Embryology. Fifth
Edition. Mc
Graw Hill Book Company. New York.
Gilbert, S. F. (1991). Developmental Biology. 4-th. Edition. Sinauer
Association Inc.,
Massachusetts.
Indriawati, Sri
Endah. 2013. Keanekaragaman Hewan Kordata
Rendah. Malang :
Universitas Negeri Malang.
Nelsen, Olin E. 1953. Comparative Embryyology of Vertebrate. New York : The Blaskiton
Company Inc.
Tenzer, Amy,
dkk. 1998. Struktur Perkembangan Hewan
II. Malang : IKIP Malang